Bagaimana Inner Child yang Terluka Mempengaruhimu Saat Dewasa?

Trauma masa kecil bisa jadi hal yang umum dialami oleh seorang anak. Pindah sekolah, pindah tempat tinggal, mendapat nilai buruk, matinya hewan peliharaan yang sangat disayangi, dan lain sebagainya. 
Namun, jika trauma itu dialami lebih mendalam, efeknya bisa jadi terbawa sampai dewasa. Apalagi jika dulu masalah tersebut tidak tertangani dengan baik atau tidak mendapat bantuan psikologis. 

banner consideration shipping bg blue

Hal yang umum terjadi di masa dewasa jika kamu memiliki inner child yang terluka antara lain:
1. Self sabotage 
Secara aktif maupun pasif menghambat diri sendiri dalam mencapai tujuan, baik tujuan dalam karir, hubungan, maupun personal (seperti penurunan berat badan).
2. Self defeating behavior
Misalnya terobsesi dengan kesempurnaan, berusaha menyenangkan orang lain, bersikap kaku, prokrastinasi, menyalahkan orang lain atas kesalahan diri sendiri.
3. Self harming behavior 
Melakukan berbagai tindakan dengan tujuan menyakiti diri sendiri.
4. Passive aggressive behavior
Orang dengan perilaku pasif-agresif menampilkan emosi mereka melalui tindakan, bukan dengan menyampaikannya secara langsung. Misalnya, mereka bisa saja terlihat setuju dengan apa yang kamu kemukakan dalam rapat meskipun sebenarnya mereka tidak sependapat denganmu. 

banner consideration promotion bg blue

Akhirnya, mereka akan datang terlambat, telat dalam menyerahkan tugas, atau mengacaukan rencana yang telah ditetapkan.

5. Violent behavior
Berbagai tindakan yang dilakukan seseorang yang mengancam atau membahayakan individu tersebut dan orang lain atau merusak benda-benda di sekitarnya. 

Apa yang Membuat Inner Child Terluka?

Lalu, apa yang dapat membuat inner child terluka? Daftarnya bisa jadi sangat panjang. Beberapa diantaranya mungkin sering dialami seorang anak. Dan, jika seorang anak harus menghadapi peristiwa tersebut seorang diri, efeknya mungkin akan lebih buruk lagi. 
Berikut ini beberapa peristiwa atau situasi yang dapat melukai inner child:
  • Kehilangan orang tua atau pengasuh
  • Kekerasan fisik, kekerasan emosional, kekerasan seksual, pengabaian (baik korban kekerasan maupun menyaksikan kekerasan yang terjadi).
  • Sakit parah
  • Bullying
  • Bencana alam
  • Konflik dalam keluarga
  • Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang di rumah.
  • Anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan mental
  • Menjadi imigran
  • Diasingkan oleh keluarga

banner decision halal bebas pengawet kategori mie bg lime green

Artikel ini ditulis oleh Adisti F. Soegoto, M.Psi, psikolog anak dan seorang BFRP (Bach Foundation Registered Practitioner).
Privacy Notice

Ikuti media sosial kami