Berkaca dari The World of the Married, Ini Alasan Pernikahan Nggak Cukup Cuma Modal Cinta

Beberapa bulan belakangan, drama Korea The World of the Married ramai dibahas. Bahkan mereka yang seumur-umur belum pernah menonton drama Korea, ikut-ikutan latah menonton drama fenomenal ini.
Secara garis besar, drama ini bercerita tentang lika-liku pernikahan sepasang suami istri. Di mana awalnya mereka terlihat sebagai pasangan bahagia yang serba sempurna, namun ternyata baru terkuak bahwa sang suami memiliki selingkuhan. Dan lebih memilih hidup bersama wanita selingkuhannya tersebut.

banner consideration shipping bg blue

Berkaca dari drama ini, menikah seharusnya tak bisa dijadikan sebagai tujuan akhir dalam hidup. Siklus hidup kita seharusnya bukan hanya lulus sekolah, bekerja, lalu menikah.
Menikah justru awal dari segalanya. Proses diri menuju kedewasaan dimulai setelah seseorang memutuskan menikah. Memang di awal menikah semua terasa indah. Sebelum menikah, kita pikir hanya bermodalkan rasa cinta, dirasa cukup untuk hidup berdampingan bersama pasangan.
Namun gejolak rasa ini hanya akan berlangsung dalam waktu yang tak lama. Ketika menginjak usia pernikahan lebih dari satu tahun, kamu dan pasangan akan sadar bahwa cinta saja tak cukup jadi modal membangun rumah tangga. Membina rumah tangga itu cukup rumit, kamu dan dia harus paham ada alasan-alasan kenapa menikah tak cukup dengan modal cinta saja.

Masalah hidup akan selalu ada, dan menikah sama sekali bukan solusi untuk mencari jalan keluar

Entah kamu menikah atau tidak, masalah akan selalu datang dan pergi. Menikah karena ingin menyelesaikan masalah pribadi yang kamu miliki hanya akan membawamu pada sebuah rasa kecewa.
Menikah sama sekali bukan solusi untuk sebuah masalah yang bahkan sudah kamu miliki sebelum bertemu dengan pasangan. Bahkan, kamu dapat menghadapi berbagai tantangan baru ketika menikah
Menikahlah karena memang sudah siap secara lahir dan batin. Cinta memang dibutuhkan dalam sebuah pernikahan, tapi bukan berarti menjadi faktor satu-satunya. Tidak ada pernikahan yang steril dari masalah. Ketika kamu dan pasangan menghadapi masalah dalam pernikahan, pilihannya ada dua : apakah kamu mau masalah itu menghancurkan kalian atau kamu jadikan masalah tersebut kesempatan untuk tumbuh.

Tantangan dalam sebuah pernikahan harus dihadapi dengan logika, bukan hanya dengan rasa cinta

Mengutip dari pernyataan Adisti F. Seogoto, seorang psikolog, banyak orang masih memiliki persepsi yang salah soal pernikahan. Bagi mereka, pernikahan akan berakhir bak cerita dongeng: hidup bahagia selama-lamanya.

banner consideration promotion bg blue

Padahal kenyataannya, ketika menikah kamu juga bisa merasa takut, marah, kecewa, sedih, dan berbagai perasaan lainnya selain bahagia. Ketika kita berharap dengan menikah kita akan selamanya bahagia tanpa kita berusaha menciptakan kebahagiaan untuk kita sendiri, maka siap-siaplah untuk kecewa. Our happiness is our responsibility. Bukan pasangan dan bukan pernikahan yang wajib membahagiakan kita.
Ketika kita memutuskan untuk menikah, kita dan pasangan perlu siap menghadapi berbagai tantangan yang ada. Ketika masalah itu datang, kita mungkin bingung apa yang harus dilakukan karena kita belum pernah mengalaminya.
Itulah mengapa, banyak hal lain yang harus disiapkan selain rasa cinta yang besar. Kita dan pasangan perlu terus belajar, saling mengisi, dan bersama-sama tumbuh bahkan dalam situasi sulit.

Ada komitmen yang harus dijaga, tak cukup dengan romantisme belaka

Kata-kata manis di awal pernikahan soal betapa dirimu mencintai pasangan, tak akan ada artinya jika tak diikuti kemauan dan usaha untuk menjaga komitmen yang sudah dibuat. Menikah berarti menyatakan diri siap untuk berkomitmen dengan seseorang yang akan hidup bersamamu di sisa usia dan menerima orang tersebut dengan seutuhnya, segala kebaikan dan kekurangannya.
Ungkapan kata cinta tentu tetap penting dalam biduk rumah tangga. Namun semoga ungkapan-ungkapan tersebut bukan hanya manis di bibir saja. Tapi berasal dari lubuk hati paling dalam.

Komitmen penting dijaga karena godaan pernikahan bisa datang kapan dan di mana saja

Dalam drama The World of the Married, siapa yang akan menyangka jika Lee Tae Oh yang bagi banyak orang dipandang memiliki keluarga bahagia dan istri sempurna seperti Ji Sun Woo akhirnya memilih berselingkuh.
Hal ini tentunya membuat kita semua sadar bahwa menjaga komitmen dalam sebuah pernikahan tak semudah teori yang selama ini digembar-gemborkan. Secinta apapun kamu dengan pasangan, yang namanya godaan dalam hubungan rumah tangga akan selalu ada. Bentuknya pun bisa bermacam-macam. Mulai dari godaan internal, yang mana berasal dari kamu dan pasangan dan juga godaan eksternal yang bisa berasal dari keluarga atau orang ketiga.
Godaan dalam pernikahan hanya bisa diatasi jika kamu dan pasangan sama-sama punya prinsip teguh untuk saling menjaga komitmen, apapun yang terjadi.
Sekuat apapun godaan menggempur, jika pondasi hubungan sudah kuat, godaan-godaan itu akan runtuh juga. Namun sebaliknya, jika kamu dan pasangan tak memiliki pondasi yang kuat, sekecil apapun godaan datang, akhirnya akan terlena juga.
Setiap orang yang menikah, tak ada yang berharap adanya perpisahan. Itulah mengapa setiap pasangan yang menikah berusaha untuk menjaga rumah tangga mereka. Namun kadang mereka lupa bahwa rasa cinta saja tak cukup membuat rumah tangga bertahan. Kamu dan dia juga harus memiliki rasa saling menghargai dan legawa untuk saling interospeksi diri setiap kali masalah datang.
Setelah menikah, kamu dan dia ujungnya tak cuma akan menjadi orang tua bagi anak-anakmu. Kamu dan dia tak boleh lupa untuk tetap menjadi pasangan, teman berbagi, dan juga partner yang saling membantu tugas masing-masing.

banner decision halal bebas pengawet kategori mie bg lime green

Sekuat apapun kita berusaha mempertahankan rumah tangga, kadang perpisahan tidak terelakkan. Kadang perpisahan adalah jalan terbaik yang harus dipilih, meskipun sulit dan pahit.
Bagaimana pun kondisinya, perlu diingat bahwa kamu berharga. Kamu layak dicintai. Kamu berhak mendapatkan kedamaian. Bagaimana pun kondisinya, pernikahan tidak mendefinisikan kebahagiaanmu. Kamu dapat menciptakan sendiri kebahagiaanmu, no matter what.

Foto diambil dari berbagai sumber.
Privacy Notice

Ikuti media sosial kami