Hubungan Buruk dengan Ayah di Masa Lalu, Tidak Menentukan Hubunganmu dengan Si Buah Hati

Tidak semua calon ayah memiliki kualitas hubungan yang baik dengan ayah mereka. Ada yang karena satu dan lain hal tidak pernah bertemu ayahnya. Ada juga yang ayahnya terlalu disibukkan dengan pekerjaan atau hobi. Ada yang ayahnya memiliki riwayat kecanduan atau sering berlaku kasar.
Perceraian, menikah kembali, perbedaan values, kepribadian, bisa membuat kamu merasa berjarak dengan ayahmu. Latar belakang hubunganmu dengan ayah bisa jadi menimbulkan tanda tanya besar ketika kamu akan menjadi seorang ayah.
“Apakah aku mampu menjadi ayah yang baik?” atau mungkin menimbulkan pertanyaan besar “Bagaimana caranya menjadi ayah?”.
Hubunganmu dengan ayah di masa lalu tidak menentukan bagaimana hubunganmu dengan anak saat ini. Kamu tidak harus memiliki pola relasi yang sama persis seperti hubunganmu dengan ayah. Kamu sendiri yang menentukan bagaimana relasimu dengan anak akan terjalin. Menjalankan peran ayah membutuhkan kesadaran dan intensi yang baik. 
Ketika kita muda kita mungkin berpikir “Aku tidak akan melakukan hal ini ke anakku kelak” atau “Aku tidak mau menjadi ayah seperti dia”. Hal yang mungkin kita lupakan saat itu adalah pemahaman apa yang membuat ayah kita melakukan hal tersebut.
Ketika kita mampu melihat dari sisi lain, kita dapat lebih empati terhadap beliau. Tidak semua ayah memiliki relasi yang baik dengan ayah mereka dulu. Mungkin ayah kita melakukan hal tersebut karena ia tidak memiliki role model yang baik. Mungkin ‘kesalahan’ yang ayah kita lakukan bukan karena mereka ingin merusak kita, namun mereka tidak tahu cara yang lebih baik.  
Apapun latar belakangnya, di sinilah kamu sebagai ayah berada. Ingat, kamu akan menjadi ayah. Jika kamu ingin, lakukanlah dengan cara yang berbeda dengan ayahmu: lebih menyenangkan, lebih hangat, lebih banyak bermain, lebih banyak humor, do it. Kamu dapat menentukan bagaimana keluarga kecilmu tumbuh. 
Jika kamu tidak tahu bagaimana atau harus mulai dari mana, kamu dapat bertanya dan mengamati bagaimana orang-orang di sekitarmu menjalani peran mereka sebagai ayah. Kita sering memiliki gambaran ideal tentang sesuatu namun bingung bagaimana cara mencapai titik tersebut. It’s okay,  kamu tidak sendiri. 
Hadir dan ada dalam kehidupan anak adalah langkah pertama yang dapat kamu lakukan. Hadir dan ada untuk anak tidak hanya secara fisik, tapi juga secara emosional. Ketika hadir untuk anak, kamu harus memberikan waktu, perhatian, dan kasih sayang hanya untuk anak. 
Langkah kedua yang dapat kamu lakukan adalah mencari mentor siapa sosok ayah yang mendekati ideal menurutmu. Jika ia bukan ayah, cari orang lain yang mungkin kamu kenal dan orang yang sering menghabiskan waktunya bersamamu. Mereka bisa jadi siapa saja. Paman, sahabat, teman kantor, mertua, atau ipar.
Jika kamu dapat menghabiskan waktu bersama mereka, kamu bisa sampaikan bahwa saat ini kamu sedang menghadapi kesulitan dalam menjalankan peran sebagai ayah. Kamu sedang bingung apa yang harus dilakukan sebagai ayah.  Ajak mereka makan siang atau minum kopi sambil bertukar pikiran.
Jika orang-orang di sekitarmu tidak ada yang memenuhi kriteria, kamu perlu lebih kreatif. Kamu dapat belajar dari buku, podcast, youtube, membaca blog mengenai fatherhood, akun instagram, konsultasi dengan psikolog, dan sebagainya. Manfaatkan semua sumber daya yang ada untuk belajar dan memberi inspirasi. Temukan berbagai perspektif baru, opini baru, perluas wawasanmu mengenai bagaimana menjadi ayah. 
Hampir semua orang tua sepakat bahwa kita perlu menikmati setiap momen yang ada, tahap demi tahap. Anak tumbuh dengan sangat cepat. Satu hari mungkin terasa panjang, namun tahun demi tahun dapat berlalu dengan cepat.
Kamu mungkin tertegun, mengapa waktu begitu cepatnya berlalu. Ketika kamu mempersiapkan diri untuk menjadi ayah dengan berbagai emosi campur aduk yang kamu rasakan, jangan lupa untuk menikmati setiap momen ini.

Welcome to fatherhood. Selamat menikmati perjalanan baru yang sangat menyenangkan.
Privacy Notice

Ikuti media sosial kami