Mengenal Parental Burnout dan Ciri-cirinya, Lemoparents Wajib Tahu!

Selama ini kita mengenal istilah burnout terkait pekerjaan: mereka yang jumlah kerjanya melampaui batas wajar sehingga mengorbankan work-life balance demi karir, atau mereka yang sangat fokus berkarir sehingga mengabaikan aspek kehidupan lainnya. Ternyata, kasus burnout tidak hanya terjadi pada pekerjaan. Menjalani peran sebagai orang tua juga dapat memicu burnout lho, Lemoparents. 


(Baca Juga:  9 Tips Mengatasi Stres Single Parent, Wajib Tahu Moms!)

Menjalani peran dan tanggung jawab sebagai orang tua selama 24/7, tanpa weekend break, merupakan komitmen seumur hidup. Tidak mungkin di tengah jalan Lemoparents minta resign atau ganti pekerjaan. Perjalanan menjadi orang tua tidak selamanya berjalan mulus. Maka dari itu, penting sekali bagi para orang tua mengetahui strategi yang tepat agar tidak sampai terjadi atau mengatasi dengan tepat burnout yang dialami.

 


Sumber: Freepik.com/picture by wayhomestudio


Istilah parental burnout pertama kali dikemukakan di awal tahun 1980an. Parental burnout ditandai oleh adanya kelelahan ekstrem secara fisik maupun mental dalam menjalankan peran sebagai orang tua. Kondisi burnout sendiri biasanya terjadi perlahan-lahan, sehingga banyak orang tua belum menyadarinya di tahap awal. Meski demikian, tidak ada kata terlambat untuk mengatasi burnout sebelum berkembang menjadi masalah yang lebih serius.

Adapun beberapa ciri-ciri parental burnout yang mungkin saja Moms atau Dads alami, antara lain:

  • Mudah terpicu emosinya

Lemoparents akan mudah merasa kesal atau terganggu pada hal-hal kecil. Bahkan bisa menjadi kurang sabar menghadapi apapun dan siapa pun, seperti pekerjaan, anak, tugas rumah, atau orang lain. 

  • Mudah meledak

Mudah marah ke anak atau pasangan. Hal-hal yang sebelumnya tampak biasa saja, sekarang menjadi pemicu kemarahan. 

  • Foggy brains

            Lemoparents menjadi mudah lupa, sulit fokus, dan sulit berpikir jernih. 

  • Menjadi sangat sensitif 

Menjadi lebih sensitif baik secara emosi maupun sensitif terhadap lingkungan sekitar. Lemoparents juga bisa saja menjadi lebih sensitif terhadap keramaian, cahaya terang, suara keras, dan sebagainya. Hal tersebut bisa membuat Moms atau Dads tidak nyaman.

  • Gangguan tidur

Mulai dari bangun lebih awal, begadang, sering terbangun tengah malam, hingga kesulitan mendapatkan tidur berkualitas dengan jumlah waktu yang memadai.

  • Sakit kepala

            Sering mengalami sakit kepala saat bangun tidur dan tidak hilang sepanjang hari.

  • Mudah lupa atau sering bingung

Hal ini bisa terjadi karena kurang tidur, kurangnya asupan gizi, pola makan tidak sehat, kecemasan dan depresi.

  • Masalah pencernaan

Stres yang dialami dapat memengaruhi metabolisme. Akibatnya, Lemoparents dapat mengalami konstipasi, sembelit, begah atau bloating, mual, diare, ataupun sering buang air kecil. Ada orang yang kehilangan nafsu makan, ada juga yang makan secara berlebih. 

  • Kecemasan

Rasa cemas yang berlebihan dapat membuat Lemoparents memiliki irrational thoughts atau pemikiran yang tidak masuk akal yang mengganggu kegiatan sehari-hari. 

  • Depresi

Beberapa tanda depresi antara lain low mood, merasa tidak berdaya, putus asa, rendahnya self esteem, merasa diri tidak berharga dan tidak berarti, tidak memiliki energi untuk melakukan aktivitas harian, dan mengalami gangguan tidur. Semakin banyak gejala yang dialami, sebaiknya segera cari bantuan profesional.

  • Merasa terasing

Merasa sendiri dan kesepian meskipun ada banyak orang di sekitar Moms atau Dads. Lemoparents juga merasa sulit untuk berhubungan dengan orang lain, baik secara sosial maupun emosional. Kondisi ini rentan memicu kecemasan.

  • Merasa kewalahan

Merasa kewalahan dengan berbagai ekspektasi, terbatasnya waktu, dan berbagai tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan. Jika tidak segera diatasi, kondisi ini dapat membahayakan kesehatan mental. 

  • Masalah komunikasi

Berbagai masalah komunikasi dapat muncul sebagai akibat Lemoparents merasa terasing, menarik diri dari lingkungan, mudah marah, mudah terpicu emosinya, atau kurangnya active listening dalam berkomunikasi. 

  • Sering mengalami konflik

Lemoparents menjadi sering mengalami konflik dan kesalahpahaman, khususnya terhadap pasangan.

  • Kecenderungan mengalami obsessive compulsive

Berulang kali mengecek apakah si kecil baik-baik saja, mencuci tangan atau bersih-bersih secara berlebih, hanya karena merasa apa yang dilakukan belum cukup baik.

  • Mencari pelarian ke makanan (emotional eating), belanja, alkohol, narkoba, dan sebagainya

Lemoparents kesulitan mengatasi stres yang dialami, sehingga mencari pelarian ke makanan, belanja, minuman beralkohol, rokok, bahkan narkoba hanya untuk membuat diri sendiri merasa lebih baik. 

(Baca Juga: Sederhana, Begini Cara Lemoparents Bisa Jadi Pahlawan di Rumah!)

Demikian informasi tentang parental burnout dan ciri-ciri yang wajib Moms dan Dads ketahui. Setelah mengetahuinya, apakah Lemoparents pernah merasa mengalaminya? Jika ya, sebaiknya segera atasi parental burnout dengan tepat dan cepat. You can do it, Moms and Dads. Keep up the good spirit!

Privacy Notice

Ikuti media sosial kami