Simak Perbedaan Delusi dan Halusinasi yang Jarang Diketahui

Delusi dan halusinasi seringkali dianggap hal yang sama. Padahal delusi dan halusinasi adalah dua hal yang berbeda. Meski begitu, keduanya berkaitan dengan kondisi kejiwaan seseorang. Delusi dan halusinasi terjadi karena otak memproses hal-hal yang tidak pernah terjadi. Orang yang mengalami kondisi delusi atau halusinasi biasanya akan sulit membedakan antara yang nyata dan tidak. Bila kamu bingung membedakan kedua hal ini, berikut penjalasannya!

banner consideration shipping bg blue

1. Delusi

Delusi merupakan salah satu gangguan mental, dimana penderita tidak bisa membedakan antara yang nyata dan mimpi. Penderita akan berbuat sesuai dengan yang dipikirkannya. Delusi sering disebut juga dengan nama waham.

Ada beberapa macam waham, yaitu waham kebesaran, waham paranoid, waham bizzare, dan erotomania. Waham kebesaran merupakan kondisi penderita akan merasa bahwa dia merupakan orang yang hebat dan penting di dunia.

Sedangkan waham paranoid merupakan kondisi saat penderita merasa bahwa ada yang akan menyakiti dirinya padahal tidak ada. Waham bizzare lebih parah lagi. Karena penderita mempercayai hal yang tidak masuk akal, seperti akan diculik oleh makhluk luar angkasa.

Delusi terjadi bukan tanpa penyebab. Ada beberapa penyebab yang bisa terjadi pada seseorang. Diantaranya adalah faktor genetik, biologis, dan psikologis atau lingkungan. Faktor genetik terjadi karena ada salah satu mengalami hal yang sama.

Sedangkan faktor biologis terjadi karena adanya gangguan otak, seperti tumor otak. Faktor lingkungan atau psikologis terjadi karena ada pemicu, misalnya stres yang berlebihan atau mengonsumsi narkoba. Orang yang kesepian atau mengalami gangguan pendengaran juga bisa mengalami delusi.

Sebenarnya penderita delusi bisa bekerja dan bersosialisasi seperti orang normal. Tapi jika sudah tersinggung karena tidak sesuai dengan yang diyakininya, dia akan mudah marah atau sedih yang berlebihan.

Cara penanganan terhadap penderita delusi dengan terapi. Seperti terapi kejiwaan, terapi perilaku, dan terapi keluarga. Tujuan terapi tersebut untuk mengurangi stres, membantu penderita bersosialisasi, dan membantu mereka mendekatkan diri dengan keluarganya.

Selain terapi, ada pula pemberian obat-obatan. Contohnya obat Neuroleptic dan Antipsikotik. Kedua obat tersebut bisa menekan hormon Dopamine dan Serotonin pada otak. Ada juga pemberian obat anti depresan. Namun, pastikan bahwa konsumsi obat-obatan untuk penderita delusi sudah melalui konsultasi dengan dokter.

banner consideration promotion bg blue

2. Halusinasi

Selanjutnya adalah halusinasi. Halusinasi merupakan gangguan persepsi yang membuat seseorang melihat, mendengar, merasakan, mencium sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Semuanya itu diciptakan sendiri oleh pikiran penderita dari sumber yang tidak ada.

Orang yang berhalusinasi akan merasa melihat sesuatu atau mendengar suara seseorang. Padahal itu semua tidak ada. Contoh lainnya penderita merasa berbicara dengan orang lain padahal kenyataannya dia berbicara sendiri.

Ada pemicu yang menyebabkan orang memiliki penyakit halusinasi. Pertama karena gangguan mental, dimana penderita tidak bisa membedakan antara kenyataan dan delusi. Penyebab kedua adalah penyalahgunaan obat terlarang. Tentu saja bukan rahasia lagi kalau akibat konsumsi berlebihan akan mengalami halusinasi.

Penyebab ketiga adalah karena kekurangan waktu tidur. Yang terakhir karena kondisi kesehatan yang buruk. Seperti demam tinggi, mempunyai penyakit dengan stadium akhir (AIDS, gagal ginjal atau liver), mempunyai parkinson, epilepsi, migrain, cacat indera pendengaran dan penglihatan. 

Penanganan orang yang mengalami halusinasi cukup dengan pemberian obat yang akan memperlambat kinerja otak. Pemberian konseling bisa diberikan untuk memberitahukan tentang kondisinya yang sebenarnya.

banner decision halal bebas pengawet kategori mie bg lime green

Itulah perbedaan delusi dan halusinasi. Meskipun keduanya termasuk dalam kategori Skizofrenia. Penanganan untuk delusi dan halusinasi juga berbeda. Jika terdapat teman atau keluarga  yang memiliki ciri-ciri seperti di atas, segera periksakan ke dokter supaya tidak berlanjut menjadi lebih parah.

Privacy Notice

Ikuti media sosial kami