Daging Merah Ternyata Karsinogenik? Simak Penjelasannya!

Lemonizen, tahukah kamu bahwa di setiap tanggal 4 Februari merupan peringatan Hari Kanker Sedunia? Tentu saja hal ini bisa menjadi pengingat bahwa kita harus selalu berusaha mencegah terjadinya penyakit ini. Angka kejadian kanker terus meningkat dari tahun ke tahun, dari 1,4 per 1000 penduduk di 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk di tahun 2018. Bahkan, Indonesia sendiri menempati urutan ke-8 dengan jumlah penderita kanker terbanyak di Asia Tenggara. Angka kematiannya juga cukup tinggi, dari 396.914 kasus, 234.511 kasus tercatat meninggal. Berbicara soal penyakit kanker, zat karsinogen pastinya sering kita dengar.

 

Karsinogen adalah zat yang mendorong perkembangan sel kanker. Zat ini bisa berasal dari makanan, udara, atau bahkan dari dalam tubuh. Sebagian besar karsinogen dinetralisir sebelum kerusakan sel dapat terjadi, tetapi terkadang zat ini menyerang materi genetik sel (DNA) dan mengubahnya hingga pertumbuhan tidak terkendali dan menjadi sel kanker. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk tumor yang bisa berkembang. Selama waktu ini, senyawa yang dikenal sebagai inhibitor atau penghambat dapat mencegah sel tumbuh. Beberapa vitamin dalam pangan nabati diketahui sebagai inhibitor.

 

Daging Olahan dan Daging Merah

Sumber: Freepik.com/photo by KamranAydinov

Dalam situs American Cancer Society (ACS), telah dihimpun beberapa golongan zat karsinogen pencetus kanker yang dikumpulkan dari International Agency for Research on Cancer (IARC) dan The US National Toxicology Program (NTP). Grup 1 termasuk kategori karsinogenik bagi manusia dan grup 2 termasuk kemungkinan karsinogenik bagi manusia. 

Konsumsi daging merah digolongkan sebagai kemungkinan penyebab kanker, sedangkan daging olahan masuk ke dalam grup 1. Makan banyak daging olahan dan daging merah dapat meningkatkan risiko kanker usus. Ada juga beberapa bukti untuk peningkatan risiko kanker lambung dan pankreas. Namun, perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui secara pasti apakah daging olahan dan daging merah berpengaruh terhadap risiko terkena jenis kanker tersebut.

 

Daging merah mengacu pada semua jenis daging otot mamalia, seperti daging sapi, sapi muda, babi, domba, kambing, kuda, dan kambing. Sedangkan daging olahan mengacu pada daging yang telah diubah melalui penggaraman, pengawetan, fermentasi, pengasapan, atau proses lain untuk meningkatkan rasa atau pengawetan. 

Sebagian besar daging olahan terbuat dari daging sapi atau babi, tetapi daging olahan mungkin juga mengandung jenis daging merah lainnya, unggas, jeroan, atau produk sampingan daging lainnya seperti darah. Contoh daging olahan termasuk hot dog (frankfurter), ham, sosis, daging kornet, bacon, dan dendeng serta daging kaleng, olahan hingga saus berbahan dasar daging. 

Studi yang dilakukan oleh American Institute for Cancer Research menyebutkan bahwa hanya satu porsi 50g (~1 hot dog) daging olahan per hari meningkatkan risiko kanker kolorektal sebesar 21 persen.

Bahan kimia yang ditemukan dalam daging, ditambahkan selama pemrosesan, atau diproduksi saat memasak merupakan hal yang dapat meningkatkan risiko kanker dengan merusak sel-sel tubuh kita. Bahan kimia tersebut termasuk haem (pigmen merah yang secara alami ditemukan pada daging merah dan daging merah olahan), nitrat dan nitrit (bahan kimia ini dapat digunakan untuk menjaga daging olahan tetap segar lebih lama). Saat kita memakannya, nitrit dapat diubah menjadi bahan kimia penyebab kanker (senyawa N-nitroso atau NOC) dan Amina heterosiklik (HCA) serta amina polisiklik (PCA) bahan kimia ini diproduksi saat daging dimasak pada suhu tinggi, termasuk memanggang.

 

Lemonizen, ada beberapa tips yang bisa dilakukan agar terhindar dari kanker, nih! Apa saja?


  1. Konsumsi maksimal 455g per minggu daging merah tanpa lemak.
  2. Hindari daging olahan seperti frankfurt, salami, bacon dan ham, yang tinggi lemak dan garam.
  3. Batasi konsumsi daging yang dibakar atau sampai hangus.
  4. Pilih potongan daging dan unggas tanpa lemak dan makan lebih banyak ikan dan banyak makanan nabati seperti buah, sayuran, dan sereal.
Privacy Notice

Ikuti media sosial kami